Oleh
: Muh. Reza Zaputra (Kabid PIP PC IPM Bori’matangkasa)
Full Day School atau biasa
disingkat FDS bukan lagi istilah yang tak lumrah didengar oleh semua
orang. Mulai dari kalangan pelajar
sampai dengan kalangan orang tua pasti mengenal istilah ini. Full Day School
merujuk kepada sistem pendidikan dengan menambah jam belajar siswa, sehingga
bisa dikatakan siswa bisa saja hampir seharian di sekolah untuk menuntut ilmu.
Program ini dicanankan oleh Kemendikbud,
namun sebelum itu ternyata sudah ada sekolah yang sudah menerapkan program Full
Day School ini. Namun, setelah aturan penerapan Full Day School mulai
dikeluarkan, maka tentunya menuai banyak sekali reaksi dari berbagai pihak.
Mulai dari siswa, guru, bahkan orang tua. Reaksi tersebut berupa dukungan
terhadap program ini, namun ada pula yang kontra dengan Full Day School.
Penulis mencoba mengkaji pro
dan kontra mengenai Full Day School ini yang disampaikan dalam berbagai aspek,
yakni:
Waktu
Pembaca bisa
membayangkan waktu belajar dari Full Day School yang mencapai 9 jam per hari.
Jam tersebut hampir mirip dengan jam kerja pagawai kantoran. Di satu sisi ini
memberikan keuntungan kepada guru untuk memberikan materi tambahan yang susah
dimengerti kepada siswa karena jam mengajar yang cukup panjang. Namun, di sisi
lain ada faktor kelelahan yang bisa saja dialami oleh siswa bahkan guru yang
mengajar. Di balik banyaknya waktu yang bisa digunakan untuk mengajar, namun
belajar seharian juga terkadang melelahkan. Bukannya pelajaran masuk ke dalam
otak, siswa malah pikirannya mumet ingin pulang. Kalau sudah seperti ini,
mengajar seakan sia-sia. Apalagi jika faktor ruangan kelas tidak mendukung.
Maka siswa hanya akan merasa gerah atau kepanasan, mengantuk bila belajar di
siang hari, dsb.
Kegiatan di luar sekolah
Tak bisa
dipungkiri bahwa setiap siswa memiliki kesibukan yang berbeda. Jika Full Day
School diterapkan maka keuntungannya adalah ada waktu tambahan bagi mata
pelajaran yang sering dikesampingkan seperti pelajaran seni dan olahraga yang
porsi belajarnya tak sebanyak belajar Matematika dan Bahasa Inggris. Tentunya
ini sangatlah bermanfaat mengingat selama ini hanya pelajaran yang di-UN-kan
yang paling banyak porsinya dalam belajar di kelas. Padahal peminat seni dan
olahraga juga banyak, bahkan banyak di antara siswa yang lebih menyukai
pelajaran seni daripada Matematika. Namun, di sisi lain kita juga harus
menerima tentunya jika waktu di luar sekolah siswa menjadi terbatas. Bisa saja
ada siswa yang berorganisasi di luar, les privat seni di luar sekolah, dsb.
Untuk itu, tentunya siswa harus memutar otak agar jadwanya bisa tersusun rapi.
Stress
Bagi sebagian
siswa bersekolah merupakan hal yang sangat menarik karena bisa berjumpa dengan
teman-teman sebaya dan tentunya bisa berbagi pangalaman pribadi ataupun
menceritakan hal-hal yang menarik. Saat musim liburan, banyak di antara siswa
karena merasa bosan dengan liburannya. Hal tersebut karena merasa kehilangan
rutinitas yang seperti melekat dalam diri mereka. Lewat bersekolah, kebosangan
di rumah dapat dipecahkan karena adanya teman untuk berbagi kasih. Namun di
sisi lain juga siswa merasa stress karena tekanan waktu belajar yang lama.
Apalagi kalau dalam sehari jumlah mata pelajarannya sangatlah padat dan
dipenuhi mata pelajaran yang seakan membuat otak mumet dengan rumus-rumus
matematika ataupun fisika.
Orang tua dan persahabatan
Orang tua juga
menjadi faktor penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Untuk itu, orang tua
seharusnya ikut ambil bagian dalam hal pendidikan seorang anak. Salah satu cara
agar seorang anak mendapatkan pendidikan yang layak dengan menyekolahkannya
setinggi-tingginya. Dengan adanya Full Day School yang waktu belajarnya cukup
panjang membuat anak-anak akan terkontrol untuk terus berada di sekolah untuk
belajar. Hal itu tentunya berguna agar seorang anak tidak keluyuran untuk
melakukan hal-hal yang negatif seperti tawuran. Namun, hal tersebut juga
berdampak negatif bagi hubungan antara seorang anak dan orang tua. Bila waktu
sekolah yang terlalu lama membuat orang tua yang tidak bekerja tidak memiliki
waktu yang banyak bersama anaknya karena saat pulang sekolah biasanya anak akan
langsung tidur karena kelelahan.
Lain halnya
dengan jalinan persahabatan antar siswa. Memang di sekolah memiliki banyak
teman, namun belum tentu seorang siswa memiliki karakter yang cocok bergaul
dengan teman lingkungan sekolah sehingga lebih menyukai untuk bergaul dengan
teman di luar sekolahnya. Tentunya jika waktu belajar yang cukup lama di
sekolah membuat seorang anak cukup sulit untuk bergaul dengan teman di luar
sekolahnya yang bisa saja merupakan teman se-tetanggan-an, teman komunitas,
dsb.